TELAPAK KAKI
KEADILAN
(Manusia
dan Keadilan)
Menegakan
kadilan pada zaman sekarang memang sangatlah sulit, terlabih lagi jika orang
itu dari kalangan bawah yang ingin menegakan keadilan untuknya. Mengapa
keadilan di negeri ini sangat lah susah di tegak, apakah uang kini yang menjadi
ujung tombak keadilan?. Mungkin uang kini telah menjadi raja di dunia ini,
semua bisa di awali dengan uang sehingga keadilan terlupakan, dan
terselesaikan. Tapi keadilan bagi Tuhan yang mahan esa tidak bisa di nilai
dengan uang, dan tidak dapat di selesaikan dengan uang.
Banyak kisah-kisah seseorang yang ingin
mencari keadilan di negeri ini. Kemarin sore saya menonton acara televisi di
stasiun televisi nasional, acara televisi ini mengundang seorang narasumber
yang membuat saya terinspirasi. Seseorang ini adalah Bapak Indra Azwan, dia
mencari keadilan di negeri ini dengan berjalan kaki dari tempat tinggalnya di
Malang Jawa Tengah sampai Istana Presiden di Jakarta, dia mencari keadilan
untuk anak kesayanganya yang meninggal dunia akibat di tabrak oleh seorang
aparat Polisi. Anaknya meninggal saat pulang sekolah, ia ingin menyebrang jalan
namun dari arah sebelah kirinya melaju mobil polisi yang melaju cukup kencang,
menurut penuturan Bapak Indra mobil polisi dan pemilik mobil itu sempat
berhenti namun polisi itu tidak bertanggung jawab atas kecelakaan itu dan ia
melanjutkan perjalanannya.
Di kisah ini saya berfikir apakah pantas
seorang aparat Polisi, bertingakah seperti itu. Membiarkan korban yang dia
tabrak, dan ia melarikan diri atas perbuatanya. Kemana hati nurani mu Pak
Polisi, apa karena kamu takut merasakan dinginnya lantai penjara?. Oleh sebab
itu Bapak Indra ini berjalan dari Malang sampai Jakarta ingin menegkan keadilan
untuknya, apakah hukum dan keadilan masih berpihak kepada rakyat kecil di
negeri ini. Kasus tabrak lari ini sempat di bawa ke meja hijau tahun 2008 namun
Pak Polisi itu di bebaskan oleh semua perbuatanya, sehingga Bapak Indra
melakukan aksi jalan kai itu ia tidak terima atas hasil persidangannya, jelas
Pak Polisi itu bersalah tetapi malah di bebaskan atas semua kesalahnnya. Dan
yang anehnya Pak Polisi itu pun masih menjabat sebagai Polisi bahkan menurut
Bapak Indra, Polisi itu kini naik jabatan.
Pak Polisi itu pun sempat mengirimkan
surat kepada Bapak Indra untuk berdamai, namun Bapak Indra tidak mau berdamai
karena hukum harus di tegakan tidak mau tahu siapa yang bersalah. Bapak Indra
pun sempat di beri uang tunjangan sebera Rp 25.000.000,- dan Rp 3.000.000,-
namun ia tidak mau menerima semua uang itu. Ia
ingin tetap hukum yang berbicara bukan uang yang berbicara, sehingga ia
membawa semua uang itu dalam perjalananya menuju Jakarta dan uang itupun tidak
sepeserpun ia pakai dalam perjalananya.Walau Bapak Indra sempat sakit karena
keracunan susu yang di minum saat istirahat dalam perjalananya. Kalian tahu
tidak? ternyata Bapak Indra ini istirahat di SPBU dan sudah puluhan SPBU yang
dia singgahi untuk istirahat. Dia pun mendapat dukungan dari para sopir angkot,
rakyat kecil untuk terus menegakan keadilan, sehingga ia semangat tanpa
menyerah untuk samapai Istana Presiden.
Tanggal 26 Maret 2012 Bapak indra pun
sampai di Jakarta, dan tanggal 2 April 2012 ia akan ke Istana Presiden untuk
meneruskan aksinya untuk mencari keadilan, ia ingin tahu samapi mana hati
nurani Pemimpin negeri ini dan hati nurani wakil rakyat,apakah ia akan mendapat
dukungan atau tidak. Dan ada satu ucapan dari Bapak Indra yang sangat saya
ingat, bahwa ia tidak takut jika aksi dia mendapat tentangan dari Presiden dan
lainya. Hanya tiga hal yang paling dia takuti yaitu Takut kepada Tuhan yang maha esa,
Takut kepada orang tua, dan Takut jika dia benar bersalah.
Ini sungguh potret buram di negeri kita,
betapa keadilan dan hukum hanya berpihak kepada mereka yang mempunyai banyak uang
dan jabatan saja. Dan ini bukan kisah baru saja, banyak di negeri ini kisah
yang sangat menyedihkan dan anehnya hanya rakyat kecil yang tak menikmati rasa
keadilan dan hukum yang adil di negeri ini secara penuh. Semoga setelah aksi
Pak Indra Azwan ini keadilan dan hukum di negeri ini tak pandang bulu, dan
mampu mendadili sesuai UUD (undang-undang daras) bukan (ujung-ujungnya Duit).
Inspirasi: Kisah Pak
Indra Azwan (pencari keadilan) dalam acara Hitam-Putih